Selasa, 30 Mei 2017

MAKALAH MATERI PENDIDIKAN ISLAM


BAB 1
PENDAHULUAN

1.1     Latar belakang
 Pendidikan adalah pembelajaran pengetahuan, keterampilan, dan kebiasaan sekelompok orang yang diturunkan dari satu generasi ke generasi berikutnya melalui pengajaran, pelatihan, atau penelitian. Pendidikan sering terjadi di bawah bimbingan orang lain, tetapi juga memungkinkan secara otodidak (belajar sendiri). Setiap pengalaman yang memiliki efek formatif pada cara orang berpikir, merasa, atau tindakan dapat dianggap pendidikan. Pendidikan umumnya dibagi menjadi tahap seperti prasekolah, sekolah dasar, sekolah menengah dan kemudian perguruan tinggi, universitas atau magang.
Namun seiring dengan berjalannya waktu di zaman modern ini terkadang kita mendapati di berbagi dunia bahwa di dalam pendidikan telah terjadi banyak penyimpangan antara kebijakan pemerintah, ataupun lembaga pendidikan tertentu, yang tidak menitik beratkan pada aspek afektif, kongnitif atau pun pskomotorik, inilah yang menjadikan akan terlahir peserta didik, yang begitu terkesan dengan nuansa pragmatisme.

1.2     Rumusan masalah

a)      Apa yang dimaksud dengan pendidikan aqidah?
b)      Apa yang dimaksud dengan pendidikan ibadah?
c)      Apa yang dimaksud dengan pendidikan akhlak?
d)     Apa yang dimaksud dengan pendidikan hati?
e)      Apa yang dimaksud dengan pendidikan jasmani?
f)       Apa yang dimaksud dengan pendidikan social?
g)      Apa yang dimaksud dengan pendidikan intelek/akal?
h)      Apa yang dimaksud dengan pendidikan seks?

1.3     Tujuan penulisan

Tujuan utama dari disusunnya makalah ini yaitu guna untuk memenuhi tugas hadits tarbawy, dan agar pembaca bisa mengetahui apa saja materi yang termasuk ke dalampendidikan islam.


BAB 2
PEMBAHASAN

2.1     Pendidikan akidah
Pendidikan akidah adalah proses pembinaan dan pemantapan Kepercayaan dalam diri seseorang sehingga menjadi akidah yang kuat dan benar. Proses tersebut dapat dilakukan dalam bentuk pengajaran, bimbingan dan latihan. Dalam penerapannya pendidik dapat menerapkan dengan berbagai metode yang relavan dengan tujuan yang ingin dicapai. Sehubungan dengan itu terdapat dalam hadist berikut :

عَنْ عُمَرَ بْنِ الخَطَابِ قَالَ بَيْنَمَا نَحْنُ عِنْدَ رَسُوْلَ اللّه صَلّى اللّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ذاتَ يَوْمٍ اِذْ طَلَعَ عَلَيْنَا رَجُلٌ شَدِيْدٌ بَيَاضُ الثِّيَابِ شَدِيْدُ ثَوَادِ الشَّعْرِ لاَ يُرَى عَلَيْهِ أَثَرُ السَّفَرِ وَلَا يَعْرِفُهُهُ مِنَّا اَحَدٌ حَتَّى جَلَسَ اِلىَى النَّبِبِّي صَلّى اللّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّم فَاَسْنَدَ رُكْبَتَيْهِ اِلَى رُكْبَتَيْهِ وَوَضَعَ كَفَّيْهِ  عَلَى فَخْذَيْهِ وَقَالَ يَا مُحَمَّدٌ  أَخْبِرْنِي عَنِ الإِسْلاَمِ فَقَالَ رَسُوْلَ اللّه صَلّى اللّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنْ تَشْهَدَ أَنْ لَااِلَهَ اِلَّااللهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلَ اللّه صَلّى اللّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَتُقِيْمَ الصَّلَاةَ وَتُؤْتىَ الزَّكَاةَ وَتَصُوْمُ رَمَضَانَ وَتَحُجَّ البَيْتَ إِنِ اسْتَطَعْتَ اِلَيْهِ سَبِيْلاُ. قَالَ صَدَّقْتَ قَالَ فَعَجَبْنَا لَهٌ يَسْأَلُهُ وَيَصَدِّذقُهُ قَالَ فَاَخْبِرْنِي عَنِ الإِيْمَانِ قَالَ أَنْ تُؤْمِنَ بِاللَّهِ وَمَلَائِكَتِهِ وَكٌتٌبِهِ وَرُسُلِهِ وَالْيَوْمِ الأَخِرِ وَتُؤْمِنَ بِالْقَدْرِخَيْرِهِ وَشَرِّهِ قَالَ صَدَّقْتَ قَالَ فَأَخْبِرْنِي عَنِ الإِحْسَانِ قَالَ أَنْ تَعْبُدَاللّهَ كَأَنَّكَ تَرَاهُ فَإِنَّ لَمْ تَكُنْ تَرَاهٌ فَإِنَّهُ يَرَاكَ

Umar ibn al-Khatthâb meriwayatkan: pada suatu hari ketika kami berada di dekat Rasulullah saw., tiba-tiba datang kepada kami seorang laki-laki yang sangat putih pakaiannya, sangat hitam rambutnya, tidak terlihat padanya tanda-tanda dalam perjalanan dan tidak seorang pun di antara kami yang mengenalnya. Sampai ia duduk di dekat Nabi SAW. lalu ia menyandarkan kedua lututnya pada kedua lutut Nabi dan meletakkan kedua tangannya di atas paha Nabi, lantas berkata, "Hai Muhammad! Beritahukan kepada saya tentang Islam!
Rasulullah saw. bersabda: Islam itu adalah  pengakuan bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah  utusan Allah, mendirikan salat, membayarkan zakat, berpuasa pada bulan Ramadan, dan menunaikan haji bagi orang yang sanggup. Lelaki itu berkata: Engkau benar. Umar berkata, 'kami tercengang melihatnya, ia bertanya dan ia pula yang membenarkannya'. Selanjutnya laki-laki itu berkata lagi: Beritahukan kepada saya tentang iman!  Rasulullah saw. menjawab: Iman itu adalah  keyakinan kepada Allah, malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, hari akhirat dan qadar baik dan buruk. Laki-laki itu berkata: Engkau benar. Selanjutnya, ia berkata lagi: Beritahukan kepada saya tentang ihsan!
Rasulullah saw. menjawab: ihsan itu adalah  Engkau menyembah Allah seakan-akan Engkau melihatnya. Jika kamu tidak bisa melihat-Nya, maka rasakanlah bahwa Dia melihatmu.” (H.R. Al-Bukhari, Muslim. Abu Dawud, dan An-Nasa’i).

2.2     Pendidikan ibadah

Pendidikan ibadah merupakan proses pengajaran, pelatihan dan bimbingan dalam pengamalan ibadah khusus. Yang dijelaskan dalam hadits berikut:
عَنْ عُمَرُ بْنُ شُعَيْبٍ عَنْ اَبِيْهِ عَنْ جَدِّهِ قَالَ قَالَ رَسُوْلُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهِ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مُرُ وْا أَوْلاَدَكُمْ بِالصَّلاَةِ وَهُمْ أَبْنَاءُ  سَبْعَ سِنِيْنَ وَاضْرِبُهُمْ عَلَيْهَا وَهُمْ أَبْنَاءُعَشْرٍ وَفَرِّقُوا بَيْنَهُمْ فِيْ المَضَاجِعِ ( روه ابو داود )

Dari Umar bin syu’aib berkata, Rasulullah Saw bersabda : “Perintahkanlah kepada anak-anak kalian untuk sholat ketika  berumur 7 tahun, dan pukullah mereka ketika mereka berumur 10 tahun bila mereka enggan menunaikannya, dan pisahkanlah mereka dari ranjang-ranjangnya”. (Abu Daud)
Kandungan dari hadits di atas adalah:

a)    Dari hadist diatas sudah jelas yaitu perintah untuk memerintahkan      salat atau pendidikan ibadah diberikan sejak dini sehingga ketika usia baligh maka mereka dapat mengamalkannya.
b)    Para guru dan orang tua hendaknya menjelaskan kepada anak-anak dengan penjelasan yang sangat sederhana tentang pentingnya berbagai bentuk ibadah, lengkap dengan rukun-rukunnya, seperti shalat, zakat, dan haji. Selain itu, emosional anak harus di siapkan saat membicarakan berbagai bentuk ibadah sehingga mereka merindukan ikatan dengan Allah Swt dan beribadah kepadaNya dengan cara yang benar.

2.3     Pendidikan akhlak

Kata akhlak adalah bentuk jamak dari kata khuluq. Kata khuluq berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku, atau tabiat. Pendidikan akhlak adalah proses pembinaan budi pekerti anak sehingga menjadi budi pekerti yang mulia (akhlak karimah). Proses tersebut tidak terlepas dari pembinaan kehidupan beragama peserta didik secara total. Seperti hadits di bawah ini:

عن عبدالله بن عمر ورضى الله عنهما قال لم يكن النبي صلى الله عليه وسلم                       فاحشا ولا متفحشا وكان يقول إن من جباركم احستكم اخلاقا.

             Abdullah bin Amru ra berkata, “Nabi SAW bukan orang yang keji dan tidak bersikap keji”. Belliau bersabda, “Sesungguhnya yangterbaik diantara kamu adalah yang paling baik akhlaknya”. (H.R Al-Bukhari).

2.4     Pendidikan hati

Pendidikan hati merupakan bagian dari pembinaan rohani yang ditekankan pada upaya pengembangan potensi jiwa manusiia agar senantiasa dekat dengan Allah swt, cenderung kepada kebaikan, dan menghindar dari kejahatan. Sehubungan dengan ini terdapat hadits-hadits, antara lain:

عن ابى هريرة قال رسول الله صلى الله عليه وسلم ان الله لا ينظر إلى صوركم واموالكم ولكن ينظر إلى قلو بكم وأعما لك

Abu Hurairah meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya Allah tidak melihat bentuk dan hartamu, tetapi Dia melihat hati dan pekerjaanmu”. (HR. Ibnu Hibban)


2.5     Pendidikan jasmani

Pendidikan jasmani merupakan bagian integral dari pendidikan total yang mencoba mencapai tujuan untuk mengembangkan kebugaran jasmani,mental,social serta emosional bagi masyarakat dengan wahana aktivitas jasmani.  Diantara tujuan pendidikan jasmani adalah menjaga dan memelihara kesehatan badan termasuk organ-organ pernafasan, peredaran darah dan pencernaan, melatih otot-otot dan urat syaraf, serta melatih kecekatan dan ketangkasan. Sehubungan dengan tujuan di atas, ditemukan beberapa hadits sebagai berikut:
1.      Memanah

عن عقبة بن عامر يقول سمعت رسولالله صلى الله عليه وسلم وهو على المنبر يقول وأعدوا لهم ما استطعتم من قوة ألا إن اقوة الرمي ألا إن القوة الرمي ألا إن القوة الرميز

Uqbah bin Amir berkata, “Saya mendengar Rasulullah SAW bersabda ketika beliau sedang berada di atas mimbar, “Siapanlah untuk menghadapi mereka kekeuatan apa saja yang kamu sanggupi. Ketahuilah bahwa sesungguhnya kekuatan itu adalah memanah. Ketahuilah bahwa sesungguhnya kekuatan itu adalah memanah. Ketahuilah bahwa sesungguhnya kekuatan itu adalah memanah”. (HR Muslim).
Rasulullah SAW mempunyai perhatian yang serius terhadap olahraga ini. Hal itu dapat dipahami dari satu hadis yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah dari Uqbah bin Amir Al-Juhani, yaitu:

من تعلم الرمي ثم تركه فقد عصا نى                       
                  “Barang siapa yang telah mempelajari memanah lalu ia tinggalkan berarti ia sudah mendurhakaiku”. (HR. Ibnu Majjah).

Dari hadits di atas dapat dipahami bahwa orang yang sudah terampil memanah harus memelihara keterampilan itu. Meninggalkannya dipandang sebagai salah satu bentuk pelanggaran terhadap anjuran Rasulullah SAW. Itu berarti bahwa beliau sangat mementingkan olahraga ini.
2.      Berkuda
Sehubungan dengan olahraga berkuda, demikian riwayat dari Rasulullah SAW. Diantaranya hadis berikut:

عن عقبة بن عامر الجحنى قال قال رسول الله صلى الله عليه وسلم ارموا واركبوا وأنترموا أحب  إلي من أن تركبوا وإن كل شيء يلهو به الرجل با طل إلا رمية الرجل بقوسه وتأ ديبه فرسه وملا عبته امرأته.

Dari Uqbah bin Amir Al-Juhani bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Memanahlah dan kendarailah olehmu (kuda). Namun memanah lebih aku sukai dari berkuda. Sesungguhnya yang menjadi permainan seseorang adalah batil, kecuali yang memanah dengan busurnya, membidik atau melatih kudanya, dan bersenang-senang dengan istrinya”. (HR. Ibnu Majjah)

Dari hadis di atas dapat dipahami bahwa berkuda dan memanah termasuk olahraga yang disukai Rasulullah SAW. Kemampuan berkuda dapat dimanfaatkan untuk melaksanakan tugas-tugas kehidupan termasuk berdagang dan berperang. Dalam konteks zaman sekarang, anjuran mengendarai kuda dapat pula diterjemahkan sebagai anjuran menguasai penggunaan teknologi transportasi. Hal ini sangat dibutuhkan oleh umat Islam.

3.      Menjaga pola makan

Pola makan seseorang akan berpengaruh pada kesehatan jasmaninya. Oleh sebab itu, selain bahan makanan yang memenuhi persyaratan, polanya harus baik, yaitu tidak berlebihan. Hal ini sesuai dengan firman Allah di surah Al-A’raf (7):31 dan didukung oleh hadis Rasulullah SAW berikut ini:

عن ابن عمر قال قال رسول الله صلى الله عليه وسلم المؤ من يأ كل فى معى واحد                                                   والكافر يأكل فى سبعة أمعاء.

Ibnu Umar meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Orang yang beriman itu makan dengan satu usus (perut), sedangkan orang kafir makan dengan tujuh usus”. (HR. Al-Bukhari).

                  Menurut M. Syuhudi Ismail, secara tekstual, hadis tersebut menjelaskan bahwa usus orang yang beriman berbeda dengan orang yang kafir. Padahal dalam kenyataan yang lazim, perbedaan anatomi tubuh manusia tidak disebabkan oleh perbedaan iman. Dengan demikian pernyataan hadis itu merupakan ungkapan simbolik. Itu berarti harus dipahami secara kontekstual.
                  Orang yang beriman memandang makan bukan sebagai bagian dari tujuan hidup, sedangkan orang kafir menempatkan makan sebagai bagian dari tujuan hidupnya. Oleh karena itu, orang yang beriman semestinya tidak banyak menuntut dalam kelezatan makan. Itu berarti juga bahwa orang yang beriman itu harus membatasi makanannya. Makan harus didasarkan pada kebutuhan tubuh, bukan pada selera nafsu belaka.

4.      Menjaga kebersihan

Kesehatan sangat berpengaruh pada kesehatan dan keadaan jasmani seseorang. Oleh sebab itu, Rasulullah SAW sangat memperhatikan masalah ini. Wujud perhatian beliau dapat dilihat dalam hadis berikut:

عن أبى مالك الأشعري قال قال رسول الله صل الله عليه وسلم الطهور شطر الإيمان.

Abu Malik Al-Asy’ari bercerita bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Kebersihan itu sebagian dari iman”. (HR. Muslim)
      Rasulullah SAW menyenangi keteraturan, kebersihan, pemandangan yang indah dan baik. Beliau membenci ketidakteratuan, kekotoran, pemandangan yang buruk, dan bau busuk. Wudhu sebelum shalat merupakan salah satu wujud dari kebersihan dan ibadah. Begitu pula dengan mandi. Islam mengajak kepada kebersihan tubuh, hati, pakaian, rumah, dan jalan.
                  Bukti perhatian Rasulullah SAW terhadap kebersihan dapat dilihat dalam hadis-hadis, baik fi’liyah maupun quliyah. Beliau telah memberikan keteladanan dalam hal menjaga kebersihan, seperti menggosok gigi, mandi, dan beristinja’ sehabis buang hajat. Aisyah meriwayatkan bahwa beliau menggosok gigi ketika dating (masuk) ke dalam rumahnya. Huzaifah berkata, “Nabi SAW ketika bangun pada malam hari untuk shalat, beliau membersihkan mulutnya dengan siwak (menggosok gigi)”.
                  Menjaga kebersihan mulut dan gigi sangat besar manfaatnya bagi kesehatan. Membiarkannya dalam keadaan kotor dapat mengundang berbagai penyakit. Bahkan apabila berlangsung lama, kotoran mulut dan gigi dapat membawa malapetaka. Perhatian dan kesungguhan Nabi dalam menjaga kebersihan perlu dicontoh. Adapun teknik dan alat yang digunakan dapat disesuaikan denagn perkembangan zaman.
                  Perhatian Rasulullah SAW yang lebih serius lagi terhadap masalah kebersihan gigi dan mulut terlihat dalam hadis berikut:

عن أبى هريرة عن النبي صل الله عليه وسلم قال لولا أن أشق على امؤمنين (وفى حديث زهير على أمتى) لأمرتهم با سواك عند كل صلاة.

Abu Hurairah meriwayatkan bahwa Nabi SAW bersabda, “Sekiranya tidak akan memberatkan bagi orang-orang yang beriman (dalam riwayat Zuhair, bagi umatku) tentu aku menyuruh mereka menggosok gigi ketika mendirikan setiap shalat”. (HR. Muslim).
2.6     Pendidikan social
Pendidikan social adalah proses pembinaan kesadaran social, sikap social dan keterampilan social agar anak dapat hidup dengan baik serta wajar di tengah-tengah lingkungan masyarakatnya. Sehubungan dengan itu, terdapat bebepara hadits, antara lain:

1.      Orang beriman harus bersatu

عن أبى موسى عن النبى صلى الله عليه وسلم قال إن المؤمن للمؤمن كالبنيان يشد بعضه بعضا وشبك أصا بعه.
                           
Dari Abu Musa, Nabi SAW bersabda, “Seseungguhnya seorang mukmin bgi mukmin yang lain laksana satu bangunan, sebagiannya menguatkan yang lain”. Beliau pun memasukkan jari-jari tangannya satu sama lain. (HR. Al-Bukhari).
                  Dalam hadis ini, Rasulullah SAW memberikan motivasi dalam hal persatuan antara sesame orang beriman dengan metode perumpamaan. Perumpamaan yang beliau gunakan sangat sederhana dan mudah dipahami oleh siapa saja.
2.      Orang beriman harus saling mencintai

عن أنس عن النبى صلى الله عليه وسلم قال لا يؤمن أحدكم حتى يحب لا خيه ما يحب لنفسه.

Dari Anas, Nabi SAW bersabda, “tidak beriman salah seorang kamu sebelum ia mencintai saudaranya sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri”. (HR. Al-Bukhari).

                  Dalam hadis ini, Rasulullah SAW menegaskan bahwa kesempurnaan iman seseorang belum diperoleh apabila ia tidak mencintai saudaranya. Itu berarti bahwa beliau memberikan motivasi yang sangat besar kepada umatnya agar memiliki rasa dan prilaku social yang baik. Motivasi seperti ini juga perlu diberikan oleh orangtua dan guru pada saat ini.
3.      Orang beriman harus saling membantu

عن أبى هريرة قال قال رسول الله صلى الله عليه وسلم من نفس عن مؤمن كربة من كرب الدنيا نفس الله عنه كربة من كرب يوم القيامة ومن يسر على مؤسر يسر الله عليه فى الدنيا والآخرة ومن ستر مسلما ستر الله فى الدنيا والآخرة والله فى عون العبد ما كان اعبد فى عون اخيه.

Abu Hurairah meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Siapa yang melapangkan seorang mukmin dari  suatu kesulitan dunia, Allah akn melapangkannya dari satu kesulitan hari kiamat. Siapa yang memudahkan dari suatu kesulitan, Allah akan memudahkannya dari satu kesulitan dunia akhirat. Siapa yang menutup aib seorang muslim, Allah akan menutup aibnya di dunia dan akhirat. Allah selalu menolong hamba-Nya selama hamba itu menolong saudaranya”. (HR. Muslim).

2.7     Pendidikan intelek/akal

Pendidikan akal adalah proses mmeningkatkan kemampuan intelektual dalam bidang ilmu alam, teknologi dan sains modern sehingga anak mampu menyesuaikan diri dengan kemajuan ilmu pengetahuan dalam rangka menjalankan fungsinya sebagi hamba Allah SWT dan khalifah-Nya, guna membangun dunia ini sesuai dengan konsep yang ditetapkan oleh-Nya. Sehubungan dengan ini, terdapat hadits sebagai berikut:

عن ابن عمر قال قال رسول الله صلى الله عليه وسلم تفكروا فى الآء الله ولا تتفكروا فى الله.

Dari Ibnu Umar, ia berkata,”Rasulullah SAW bersabda, ‘berpikirlah kamu tentang ciptaan Allah SWT dan jangan kamu memikirkan Dzat-Nya”. (HR. Ath-Thabrani).
Dalam hadis ini, Rasulullah SAW mendorong umatnya agar berpikir sebebas-bebasnya, asal di daerah ciptaan Allah SWT, alam semesta. Akan tetapi, karena keterbatasan akal, Dia melarang memikirkan Dzat-Nya, karena akan menimbulkan kesalahan dan kerusakan.
Beliau juga memperingatkan sikap taklid buta yang selalu mengikuti dan menuruti pendapat orang lain. Berikut ini adalah hadis yang menjelaskan hal tersebut:

عن حذيفة قال قال رسول الله صلى الله عليه وسلم لا تكونوا إمعة تقولون إن أحسن الناس أحسنا وإنظلموا ظلمنا ولكن وطنوا أنفسكم إن أحسن الناس أن تحسنوا وإن أساءوا فلا تظلموا.

Dari Hudzaifah, ia berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Janganlah kalian semua menjadi penjilat (oportunis) yang mengatakan bahwa (sekelompok) manusia telah berbuat baik kepada kami karena mereka telah berbuat baik dan mengatakan bahwa mereka telah berbuat dzalim kepada kami karena mereka telah berbuat zalim kepada kalian. Akan tetapi persiapkanlah diri kalian semuanya, jika ada manusia telah berbuat baik, maka kalian harus berbuat baik. Dan jika mereka berbuat buruk, maka janganlah kalian berbuat zalim”. (HR. At-Tirmizi).
                  Dalam hadis ini, Rasulullah SAW menganjurkan kepada umatnya supaya menggunakan akalnya dalam membedakan antara kebenaran dan kebatilan atau antara kebaikan dan keburukan. Beliau juga menganjurkan kepada umatnya supaya meyakini hasil berpikir yang benar dan baik, serta melarang umatnya untuk mengikuti pendapat orang lain, apalagi meniru amalan mereka tanpa berusaha meneliti kebenrannya. Agar umatnya dapat berpikir dengan benar, beliau bertindak tegas dalam memerangi khurafat. Hal ini terlihat pada hadis berikut:

عن المغيرة ابن شعبة يقول انكسفت الشمس يوم مات إبراهيم فقال الناس انكسفت لموت إباهيم فقال رسول الله صلى الله عليه وسلم إن الشمس والقمر آيتان من آيات الله لا ينكسفان لموت أحد ولا لحيا ته فإذا رأيتموهما فاد عوا الله وصلوا حتى ينجلي.

Dari Al-Mughirah, ia berkata, “Terjadi gerhana matahari ketika anak Rasulullah, Ibrahim meninggal dunia. Para sahabat berkata bahwa gerhana matahari itu terjadi karena kematian Ibrahim. Maka, Rasulullah SAW mengatakan kepada mereka, ‘Sesungguhnya matahari dan bulan itu merupakan tanda Tuhan, keduanya tidak akan tenggelam (gerhana) karena kematian atau kehidupan seseorang. Apabila kamu melihat keduanya, maka berdoalah kepada Allah dan dirikanlah shalat hingga terang kembali.”’ (HR. Al-Bukhari)
2.8     Pendidikan seks
Islam begitu gigih menyeimbangkan pertumbuhan manusia sehingga pembentukannya sesuai dengan tabiat yang telah diciptakan Allah swt dan fitrah yang telah digariskan. Demikianlah bahwa keseimbangan dalam segala hal merupakan salah satu bagian dari karakter islam yang istimewa.
Dorongan seksual yang telah diciptakan Allah swt dalam diri manusia menjadi sebab kelangsungan seluruh makhluk hidup, termasuk umat manusia. Allah swt telah menjadikan masa tertentu untuk melakukan hal ini agar manusia dapat melangsungkan keturunan. Hadits yang berkaitan dengan pendidikan seks, yaitu:
     
1.      Memisahkan tempat tidur anak laki-laki dan perempuan
عن عبد الله قال قال رسول الله صلى الله عليه وسلم مروا أولادكم با لصلاة وهم أنباء سبع سنين واضربوهم عليها وهم أبناء عشر وفرقوا بينهم فى المضاجع.
Dari Abdullah, Rasulullah SAW bersabda, “Suruhlah anakmu mendirikan shalat ketika berumur tujuh tahun dan pukullah mereka karena meninggalkannya ketika ia berumur sepuluh tahun. (Pada saat itu), pisahkanlah tempat tidur mereka.” (HR. Abu Dawud)
                  Hal yang berhungan dengan subtema ini adalah pada saat itu (umur sepuluh tahun), pisahkan tempat tidur anak laki-laki dan perempuan. Mengapa demikian? Al-Allamah Syaikh Waliyullah Ad-Dahlawi berkata, “Perintah pemisahan tempat tidur ini disebabkan karena masa-masa seperti itu merupakan masa-masa pubertas. Jika tidak diatur, maka bisa-bisa anak akan melampiaskan nafsu seksualnya. Dengan demikian, haruslah jalan kerusakan ini ditutup lebih dini sebelum hal itu terjadi.
2.      Posisi tidur ke posisi kanan, tidak menelungkup
عن ابراء بن عازب رضى الله عنهما قال قال لى رسول الله صلى الله عليه وسلم إذا أتيت مضجعك فتوضأ وضوءك للصلاة ثم اضطجع على شقك الأيمن.
Dari Al-Barra’ bin Azib, ia berkata, “Rasulullah SAW berkata kepadaku, ‘Apabila engkau mendatangi tempat tidurmu (akan tidur), maka berwudhulah seperti wudhu untuk shalat kemudian tidurlah dengan miring ke sisi kanan”. (HR. Al-Bukhari).
                  Hadis ini menegaskan bahwa jika kita hendak tidur, dianjurkan dengan posisi miring ke kanan setelah berwudhu. Muhammad Suwaid menjelaskan bahwa meneladani sunah Rasulullah dalam tidur dengan cara berbaring ke sisi kanan akan menjauhkan anak dari sekian banyak gelombang seksual anak ketika tidur. Nabi menganggap tidur menelungkup sebagai tidurnya setan. Tidur telungkup mengakibatkan terjadi gesekan alat kelamin anak yang akan membangkitkan syahwatnya.
3.      Membiasakan anak menundukkan pandangan dan memelihara aurat
عن عبدالله بن عباس قال كان الفضل بن عباس رديف رسول الله صلى الله عليه وسلم فجاءته امرأة من خثعم تيتفتيه فجعل الفضل ينظر إليها فجعل رسول الله صلى الله عليه وسلم يصرف وجه الفضل إلى الشق الآخر.
Dari Abdullah bin Abbas, ia berkata, “Adalah Al-Fadhl bin Abbas membonceng Nabi SAW lalu datanglah seorang wanita dari Khats’am yang meminta fatwa kepada beliau. Al-Fadhl kemudian memandang perempuan itu dan ia pun memandangnya. Lalu Rasulullah wajah Al-Fadhl ke sisi yang lain”. (HR. Abu Dawud).
                  Dalam hadis ini, Rasulullah SAW memalingkan wajah remaja Al-Fadhl bin Abbas yang sedang melihat seorang wanita. Beliau melakukan hal itu karena khawatir akan dipengaruhi oleh setan dan menimbulkan nafsu syahwat.
                  Pandangan merupakan jendela bagi anak untuk melihat dunia luar. Apa saja yang dilihat oleh kedua matanya akan terpatri di dalam benak, jiwa, dan ingatannya dengan cepat. Jika ia dibiasakan untuk menunduk dan menjaga pandangannya dari aurat, disertai dengan adanya rasa selalu diawasi oleh Allah SWT, hal itu akan melahirkan kemanisan iman yang dapat dirasakan oleh anak.
                  Berdasarkan hadits di atas, seyogyanya orangtua dan guru selalu mengingatkan kepada putra/putrid dan siswa/siswi mereka agar senantiasa menjaga pandangan mata terhadap aurat lawan jenis yang bukan mahram. Bersamaan dengan itu, perlu sekali diingatkan agar mereka senantiasa menutup aurat agar orang lain tidak terpancing untuk melihat yang tidak halal.

BAB 3
PENUTUP
3.1  kesimpulan
materi pendidikan islam dibedakan menjadi 8 materi, yaitu:
a)      pendidikkan aqidah
b)      pendidikan ibadah
c)      pendidikan akhlah
d)     pendidikan hati
e)      pendidikan jasmani
f)       pendidikan social
g)      pendidikan intelek/akal
h)      pendidikan seks










Tidak ada komentar:

Posting Komentar