BAB
I
PENDAHULUAN
1.
Latar belakang
Ditinjau
dari segi historis, hubungan antara filsafat dan ilmu pengetahuan mengalami
perkembangan yang sangat mencolok. pada permulaan sejarah filsafat di yunani
“philosophia” meliputi hampir seluruh pemikiran teoritis. Tetapi dalam
perkembangan ilmu pengetahuan di kemudian hari, ternyata juga kita lihat adanya
kecenderungan yang lain. Filsafat yunani kuno yang tadinya merupakan suatu
kesatuan kemudian menjadi terpecah-pecah (Bertens,1987,Nuchelmans,1982).
Lebih
lanjut Nuchelmans (19
82), mengemukakan bahwa dengan munculnya ilmu pengetahuan alam pada abad ke 17 M, maka mulailah terjadi perpisahan antara filsafat dan ilmu pengetahuan. Dengan demikian, dapatlah di kemukakan bahawa sebelum abad ke 17 tersebut ilmu pengetahuan adalah identik dengan filsafat. Pendapat tersebut sejalan dengan pemikiran van peursen (1985), yang mengemukakan bahwa dahulu ilmu merupakan bagian dari filsafat, sehingga definisi tentang ilmu bergantung pada sistim filsafat yang dianut.
82), mengemukakan bahwa dengan munculnya ilmu pengetahuan alam pada abad ke 17 M, maka mulailah terjadi perpisahan antara filsafat dan ilmu pengetahuan. Dengan demikian, dapatlah di kemukakan bahawa sebelum abad ke 17 tersebut ilmu pengetahuan adalah identik dengan filsafat. Pendapat tersebut sejalan dengan pemikiran van peursen (1985), yang mengemukakan bahwa dahulu ilmu merupakan bagian dari filsafat, sehingga definisi tentang ilmu bergantung pada sistim filsafat yang dianut.
2.
Rumusan masalah
a. Pengertian
ilmu dan pengetahuan
b. Persamaan
dan perbedaan ilmu dan filsafat
c. Hubungan
ilmu dan filsafat
3.
Tujuan penulisan
Tujuan
utama penulisan makalah tentang ilmu pengetahuan dan filsafat ini adalah agar
kita bisa mengetahui apa pengertian dari ilmu dan pengetahuan beserta filsafat
tersebut. Dan bagaimana hubungan antara ilmu dengan filsafat itu sendiri.
BAB
II
PEMBAHASAN
1. PENGERTIAN ILMU DAN
PENGETAHUAN
A.
ILMU
·
PENGERTIAN ILMU
Ilmu
atau yang dikenal pula dengan pengetahuan bersumber dari pikiran. Ilmu memberi
keterangan tentang kedudukan suatu masalah dalam hubungan sebab akibat. Ilmu
mempelajari sebab kausal di antara sejenis masalah. Kebenaran yang di dapat
dengan keterangan ilmu hanya benar atas syarat yang di umpamakan dalam suatu
keterangan. Oleh karena itu, keterangan ilmu bersifat relatif. Orang yang
berilmu akan menerima setiap kebenaran yang di dapat dalam penyelidikan ilmu
dengan kritis. Tiap-tiap pendapat yang di kemukakan di uji kebenarannya itulah
yang membawa kemajuan ilmu.
Menurut kamus besar Bahasa Indonesia
(Depdikbud 1988) ilmu memiliki dua pengertian, yaitu :
1.
Ilmu diartikan sebagai suatu pengetahuan tentang suatu bidang yang disusun
secara bersistem menurut metode-metode tertentu, yang dapat digunakan untuk
menerapkan gejala-gejala tertentu dibidang (pengetahuan) tersebut, seperti ilmu
hukum, ilmu pendidikan, ilmu ekonomi dan sebagainya.
2.
Ilmu diartikan sebagai pengetahuan atau kepandaian, tentang soal duniawi,
akhirat, lahir, bathin, dan sebagainya, seperti ilmu akhirat, ilmu akhlak, ilmu
bathin, ilmu sihir, dan sebagainya.
Menurut bahasa, arti kata ilmu berasal dari bahasa Arab (ilm), bahasa Latin (science) yang berarti tahu atau mengetahui atau memahami.
Sedangkan menurut istilah, ilmu adalah pengetahuan yang sistematis atau ilmiah.
Perbedaan ilmu dan pengetahuan yaitu : Secara umum, Pengertian Ilmu merupakan
kumpulan proses kegiatan terhadap suatu kondisi dengan menggunakan berbagai
cara, alat, prosedur dan metode ilmiah lainnya guna menghasilkan pengetahuan
ilmiah yang analisis, objektif, empiris, sistematis dan verifikatif. Sedangkan
pengetahuan (knowledge ) merupakan kumpulan fakta yang meliputi bahan dasar
dari suatu ilmu, sehingga pengetahuan belum bisa disebut sebagai ilmu, tetapi
ilmu pasti merupakan pengetahuan.
·
SYARAT-SYARAT
ILMU
Berbeda dengan pengetahuan,
ilmu merupakan pengetahuan khusus tentang apa penyebab sesuatu dan mengapa. Ada
persyaratan ilmiah
sesuatu dapat disebut sebagai ilmu. Sifat ilmiah sebagai persyaratan
ilmu banyak terpengaruh paradigma ilmu-ilmu alam yang telah ada lebih dahulu.
- Objektif. Ilmu harus memiliki objek kajian yang terdiri dari satu golongan masalah yang sama sifat hakikatnya, tampak dari luar maupun bentuknya dari dalam. Objeknya dapat bersifat ada, atau mungkin ada karena masih harus diuji keberadaannya. Dalam mengkaji objek, yang dicari adalah kebenaran, yakni persesuaian antara tahu dengan objek, sehingga disebut kebenaran objektif; bukan subjektif berdasarkan subjek peneliti atau subjek penunjang penelitian.
- Metodis adalah upaya-upaya yang dilakukan untuk meminimalisasi kemungkinan terjadinya penyimpangan dalam mencari kebenaran. Konsekuensinya, harus ada cara tertentu untuk menjamin kepastian kebenaran. Metodis berasal dari bahasa Yunani “Metodos” yang berarti: cara, jalan. Secara umum metodis berarti metode tertentu yang digunakan dan umumnya merujuk pada metode ilmiah.
- Sistematis. Dalam perjalanannya mencoba mengetahui dan menjelaskan suatu objek, ilmu harus terurai dan terumuskan dalam hubungan yang teratur dan logis sehingga membentuk suatu sistem yang berarti secara utuh, menyeluruh, terpadu , dan mampu menjelaskan rangkaian sebab akibat menyangkut objeknya. Pengetahuan yang tersusun secara sistematis dalam rangkaian sebab akibat merupakan syarat ilmu yang ketiga.
- Universal. Kebenaran yang hendak dicapai adalah kebenaran universal yang bersifat umum (tidak bersifat tertentu). Contoh: semua segitiga bersudut 180º. Karenanya universal merupakan syarat ilmu yang keempat. Belakangan ilmu-ilmu sosial menyadari kadar ke-umum-an (universal) yang dikandungnya berbeda dengan ilmu-ilmu alam mengingat objeknya adalah tindakan manusia. Karena itu untuk mencapai tingkat universalitas dalam ilmu-ilmu sosial, harus tersedia konteks dan tertentu pula.
·
CIRI-CIRI ILMU
Menurut Randall dan Buchker (1942)
mengemukakan beberapa ciri umum ilmu diantaranya :
1. Hasil ilmu bersifat akumulatif
dan merupakan milik bersama.
2. Hasil ilmu kebenarannya tidak
mutlak dan bisa terjadi kekeliruan karena yang menyelidiki adalah manusia.
3. Ilmu bersifat obyektif, artinya
prosedur kerja atau cara penggunaan metode ilmu tidak tergantung kepada yang
menggunakan, tidak tergantung pada pemahaman secara pribadi.
Menurut Ernest van den Haag (Harsojo, 1977),
mengemukakan ciri-ciri ilmu, yaitu :
1. Bersifat
rasional, karena hasil dari proses berpikir dengan menggunakan akal (rasio).
2. Bersifat
empiris, karena ilmu diperoleh dari dan sekitar pengalaman oleh panca indera.
3. Bersifat
umum, hasil ilmu dapat dipergunakan oleh manusia tanpa terkecuali.
4. Bersifat
akumulatif, hasil ilmu dapat dipergunakan untuk dijadikan objek penelitian
selanjutnya.
B.
PENGETAHUAN
·
PENGERTIAN
PENGETAHUAN
Pengetahuan
seseorang dengan orang lain berbeda-beda, sehingga dengan demikian pengetahuan
merupakan kekayaan mental yang secara langsung atau tidak langsug memperkaya
kehidupan manusia. Pengetahuan dapat diartikan secara luas “mencakup segala
sesuatu yang diketahui”. Pengetahuan (knowledge) merupakan hasil dari
tahu, yang terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap objek tertentu.
Sebagian besar pengetahuan diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan
merupakan pedoman dalam membentuk tindakan seseorang”
Pengetahuan adalah “segenap apa yang kita ketahui tentang suatu objek tertentu”. Pengetahuan “merupakan hasil tahu setelah melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni: indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba”. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Soekanto, bahwa “pengetahuan merupakan “hasil penggunaan panca indera dan akan menimbulkan kesan dalam pikiran manusia”. Pengetahuan adalah “interaksi yang terus menerus antara individu dan lingkungan”. Dengan demikian pengetahuan adalah suatu proses, bukan suatu “barang”. Pengetahuan adalah “tekanan kepada proses psikologi ingatan atau kognitif”. Taksonomi (pengelompokan) tujuan pendidikan harus mengacu kepada tiga jenis ranah, yaitu: kognitif, afektif dan psikomotorik”.
Pengetahuan (khnowledge) adalah “hasil tahu dari manusia yang sekedar menjawab pertanyaan “What” misalnya apa air, apa manusia, apa alam, dan sebagainya”. Pengetahuan hanya dapat menjawab pertanyaan sesuatu itu. Pengetahuan pada dasarnya terdiri dari sejumlah fakta dan teori yang memungkinkan seseorang untuk dapat memecahkan masalah yang dihadapinya.
Pengetahuan sebagai alat jaminan yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang dari pengalaman dan penelitian terbukti bahwa perilaku didasarkan atas pengetahuan akan lebih langgeng dibandingkan dengan tanpa didasari pengetahuan. Pengetahuan merupakan dasar untuk terbentuknya tindakan seseorang .
Pengetahuan adalah “segenap apa yang kita ketahui tentang suatu objek tertentu”. Pengetahuan “merupakan hasil tahu setelah melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni: indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba”. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Soekanto, bahwa “pengetahuan merupakan “hasil penggunaan panca indera dan akan menimbulkan kesan dalam pikiran manusia”. Pengetahuan adalah “interaksi yang terus menerus antara individu dan lingkungan”. Dengan demikian pengetahuan adalah suatu proses, bukan suatu “barang”. Pengetahuan adalah “tekanan kepada proses psikologi ingatan atau kognitif”. Taksonomi (pengelompokan) tujuan pendidikan harus mengacu kepada tiga jenis ranah, yaitu: kognitif, afektif dan psikomotorik”.
Pengetahuan (khnowledge) adalah “hasil tahu dari manusia yang sekedar menjawab pertanyaan “What” misalnya apa air, apa manusia, apa alam, dan sebagainya”. Pengetahuan hanya dapat menjawab pertanyaan sesuatu itu. Pengetahuan pada dasarnya terdiri dari sejumlah fakta dan teori yang memungkinkan seseorang untuk dapat memecahkan masalah yang dihadapinya.
Pengetahuan sebagai alat jaminan yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang dari pengalaman dan penelitian terbukti bahwa perilaku didasarkan atas pengetahuan akan lebih langgeng dibandingkan dengan tanpa didasari pengetahuan. Pengetahuan merupakan dasar untuk terbentuknya tindakan seseorang .
·
TINGKATAN PENGETAHUAN
Tingkat pengetahuan dalam domain kognitif mempunyai 6
tingkatan yaitu:
a. Know (tahu)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang dipelajari sebelumnya termasuk dalam pengetahuan. Tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Tahu merupakan tingkatan pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukurnya antara lain menyebutkan, menguraikan, mengindentifikasi, menyatakan dan sebagainya.
b. Comprehension (memahami)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterprestasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan dan sebagainya.
c. Aplication (aplikasi)
Aplikasi diartikan sebagai suatu kemampuan menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi riil (sebenarnya).
d. Analysis (analisis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih dalam suatu struktur organisasi tersebut, dan masih ada kaitannya satu sama lain.
e. Evaluation (evaluasi)
Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau suatu objek. Penilaian ini didasarkan suatu criteria yang telah ada.
a. Know (tahu)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang dipelajari sebelumnya termasuk dalam pengetahuan. Tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Tahu merupakan tingkatan pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukurnya antara lain menyebutkan, menguraikan, mengindentifikasi, menyatakan dan sebagainya.
b. Comprehension (memahami)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterprestasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan dan sebagainya.
c. Aplication (aplikasi)
Aplikasi diartikan sebagai suatu kemampuan menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi riil (sebenarnya).
d. Analysis (analisis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih dalam suatu struktur organisasi tersebut, dan masih ada kaitannya satu sama lain.
e. Evaluation (evaluasi)
Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau suatu objek. Penilaian ini didasarkan suatu criteria yang telah ada.
·
UNSUR PENGETAHUAN
tiga unsur pengetahuan yaitu :
a. Pengamatan (menanamkan) yaitu penggunaan indra lahir dan indra batin untuk menangkap objek
b. Sasaran (objek) yaitu sesuatu yang menjadi bahan pengamatan
c. Kesadaran (jiwa) salah satu dari alam yang ada pada diri manusia.
a. Pengamatan (menanamkan) yaitu penggunaan indra lahir dan indra batin untuk menangkap objek
b. Sasaran (objek) yaitu sesuatu yang menjadi bahan pengamatan
c. Kesadaran (jiwa) salah satu dari alam yang ada pada diri manusia.
·
BEBERAPA
PANDANGAN TENTANG KLASIFIKASI ILMU PENGETAHUAN MENURUT PARA FILSUF
a. Cristian wolff
Cristian
wolff mengklasifikasikan ilmu pengetahuan ke dalam tiga kelompok, yakni ilmu
pengetahuan empiris, matematika, dan filsafat.
b. Aguste comte
Urutan
dalam penggolongan ilmu pengetahuan menurut aguste comte yaitu:
1. Ilmu pasti (matematika).
2. Ilmu perbintangan (astronomi).
3. Ilmu alam (fisika).
4. Ilmu kimia.
5. Ilmu hayat (fisiologi atau biologi).
6. Fisika social (sosiologi).
c. Karl raimund popper
Popper
mengemukakan bahwa system ilmu pengetahuan manusia dapat di kelompokkan ke
dalam tiga dunia. Popper menyatakan bahwa dunia 1 merupakan kenyataan fisis
dunia, sedangkan dunia 2 adalah kejadian dan kenyataan psikis dalam diri
manusia, dan dunia 3 yaitu segala hipotesa, hokum dan teori ciptaan manusia dan
hhasil kerja sama antara dunia 1 dan 2, serta seluruh bidang kebudayaan, seni,
metafisik,agama dan lain sebagainya.
d. Thomas S. Kuhn
Thomas
berpendapat bahwa perkembangan atau kemajuan ilmiah bersifat revolusioner,
bukan kumulatif sebagaimana anggapan sebelumnya.
e. Jurgen habermas
Pandangan
jurgen tentang klasifikasi ilmu pengetahuan sangat terkait dengan sifat dan
jenis ilmu pengetahuan yang di hasilkan, akses kepada realitas, dan tujuan ilmu
pengetahuan itu sendiri.
2.
PERSAMAAN DAN PERBEDAAN ILMU DENGAN
FILSAFAT
·
PERSAMAAN ILMU DENGAN FILSAFAT
Persamaan antara ilmu dengan filsafat, yaitu:
a. Mencari rumusan yang sebaik-baiknya
menyelidiki objek selengkap-lengkapnya sampai keakar-akarnya.
- Memberikan pengertian mengenai hubungan atau koheren yang ada antara kejadian-kejadian yang kita alami dan mencoba menunjukan sebab-sebanya.
- Memberikan sintesis, yaitu suatu pandangan yang bergandengan.
- Mempunyai metode dan sistem.
- Memberikan penjelasan tentang kenyataan seluruhnya timbul dari hasrat manusia (objektivitas), akan pengetahuan yang lebih mendasar.
·
PERBEDAAN
ILMU DENGAN FILSAFAT
Hendeson, memberikan gambaran
perbedaan antara filsafat dan ilmu:
1.
Ilmu
a. Anak
filsafat
b. Analitis,
memeriksa semua gejala mellui unsur terkecilnya, untuk memperoleh gambaran
senyatanya menurut bagiannya.
c. Menekankan
fakta-fakta untuk melukiskan objeknya, netral dan mengabstrakkan faktor
keinginan dan penilaian manusia.
d. Memulai
sesuatu dengan asumsi-asumsi.
e. Menggunakan
metode eksperimen yang terkontrol sebagai cara kerja dan sifat terpenting,
sesuatu dengan menggunakan penginderaan.
2.
Filsafat
a. Induk
ilmu.
b. Sinopsis
mengandung dunia dan alam semesta sebagai keseluruhan, untuk dapat
menerangkannya,menafsirkannya, dan memahaminya secara keeluruhan.
c. Bukan
saja menekankan keadaan sebenarnya dan objek, meainkan juga bagaimana
seharusnya objek itu.manusia dan nilai merupakan faktor penting.
d. Memeriksaa
dan meragukan segala asumsi-asumsi.
e. Menggunakan
semua penemuan ilmu pengetahuan, menguji sesuatu berdasarkan pengalaman dengan
memakai pikiran.
f.
FILSAFAT
|
ILMU
|
Mencoba merumuskan pertanyaan atas jawaban. Mencari
prinsip-prinsip umum, tidak membatasi segi pandangannya bahkan cenderung
memandang segala sesuatu secara umum dan keseluruhan.
|
Segi-segi yang dipelajari dibatasi agar dihasilkan
rumusan-rumusan yang pasti.
|
Obyek
penelitian adalah Keseluruhan yang ada.
|
Obyek penelitian yang terbatas.
|
Menilai obyek renungan dengan suatu makna, misalkan ,
religi, kesusilaan, keadilan dsb.
|
Tidak menilai obyek dari suatu sistem nilai tertentu.
|
Bertugas mengintegrasikan ilmu-ilmu.
|
Bertugas memberikan jawaban.
|
3. HUBUNGAN ILMU DENGAN FILSAFAT
Ditinjau
dari segi historis, hubungan antara filsafat dan ilmu pengetahuan mengalami
perkembangan yang sangat menyolok. Pada permulaan sejarah filsafat di Yunani,
“philosophia” meliputi hampir seluruh pemikiran teoritis. Tetapi dalam
perkembangan ilmu pengetahuan di kemudian hari, ternyata juga kita lihat adanya
kecenderungan yang lain. Filsafat Yunani Kuno yang tadinya merupakan suatu
kesatuan kemudian menjadi terpecah-pecah (Bertens, 1987, Nuchelmans, 1982).
Lebih
lanjut Nuchelmans (1982), mengemukakan bahwa dengan munculnya ilmu pengetahuan
alam pada abad ke 17, maka mulailah terjadi perpisahan antara filsafat dan ilmu
pengetahuan. Dengan demikian dapatlah dikemukakan bahwa sebelum abad ke 17
tersebut ilmu pengetahuan adalah identik dengan filsafat. Pendapat tersebut
sejalan dengan pemikiran Van Peursen (1985), yang mengemukakan bahwa dahulu
ilmu merupakan bagian dari filsafat, sehingga definisi tentang ilmu bergantung
pada sistem filsafat yang dianut.
Dalam
perkembangan lebih lanjut menurut Koento Wibisono (1999), filsafat itu sendiri
telah mengantarkan adanya suatu konfigurasi dengan menunjukkan bagaimana “pohon
ilmu pengetahuan” telah tumbuh mekar-bercabang secara subur. Masing-masing
cabang melepaskan diri dari batang filsafatnya, berkembang mandiri dan
masing-masing mengikuti metodologinya sendiri-sendiri.
Dengan
demikian, perkembangan ilmu pengetahuan semakin lama semakin maju dengan
munculnya ilmu-ilmu baru yang pada akhirnya memunculkan pula sub-sub ilmu
pengetahuan baru bahkan kearah ilmu pengetahuan yang lebih khusus lagi seperti
spesialisasi-spesialisasi. Oleh karena itu tepatlah apa yang dikemukakan oleh
Van Peursen (1985), bahwa ilmu pengetahuan dapat dilihat sebagai suatu sistem
yang jalin-menjalin dan taat asas (konsisten) dari ungkapan-ungkapan yang sifat
benar-tidaknya dapat ditentukan.
Terlepas
dari berbagai macam pengelompokkan atau pembagian dalam ilmu pengetahuan, sejak
F.Bacon (1561-1626) mengembangkan semboyannya “Knowledge Is Power”, kita
dapat mensinyalir bahwa peranan ilmu pengetahuan terhadap kehidupan manusia,
baik individual maupun sosial menjadi sangat menentukan. Karena itu implikasi
yang timbul menurut Koento Wibisono (1984), adalah bahwa ilmu yang satu sangat
erat hubungannya dengan cabang ilmu yang lain serta semakin kaburnya garis
batas antara ilmu dasar-murni atau teoritis dengan ilmu terapan atau praktis.
Untuk
mengatasi hal tersebut, dibutuhkan suatu bidang ilmu yang dapat menjembatani
serta mewadahi perbedaan yang muncul. Oleh karena itu, maka bidang filsafatlah
yang mampu mengatasi hal tersebut. Hal ini senada dengan pendapat Immanuel Kant
(dalam Kunto Wibisono dkk., 1997) yang menyatakan bahwa filsafat merupakan
disiplin ilmu yang mampu menunjukkan batas-batas dan ruang lingkup pengetahuan
manusia secara tepat. Oleh sebab itu Francis Bacon (dalam The Liang Gie, 1999)
menyebut filsafat sebagai ibu agung dari ilmu-ilmu (the great mother of the
sciences).
Lebih
lanjut Koento Wibisono dkk. (1997) menyatakan, karena pengetahuan ilmiah atau
ilmu merupakan “a higher level of knowledge”, maka lahirlah filsafat
ilmu sebagai penerusan pengembangan filsafat pengetahuan. Filsafat ilmu sebagai
cabang filsafat menempatkan objek sasarannya: Ilmu (Pengetahuan). Bidang
garapan filsafat ilmu terutama diarahkan pada komponen-komponen yang menjadi
tiang penyangga bagi eksistensi ilmu yaitu: ontologi, epistemologi dan
aksiologi. Hal ini didukung oleh Israel Scheffler (dalam The Liang Gie, 1999),
yang berpendapat bahwa filsafat ilmu mencari pengetahuan umum tentang ilmu atau
tentang dunia sebagaimana ditunjukkan oleh ilmu.
Interaksi
antara ilmu dan filsafat mengandung arti bahwa filsafat dewasa ini tidak dapat
berkembang dengan baik jika terpisah dari ilmu. Ilmu tidak dapat tumbuh dengan
baik tanpa kritik dari filsafat. Dengan mengutip ungkapan dari Michael Whiteman
(dalam Koento Wibisono dkk.1997), bahwa ilmu kealaman persoalannya dianggap
bersifat ilmiah karena terlibat dengan persoalan-persoalan filsafati sehingga
memisahkan satu dari yang lain tidak mungkin. Sebaliknya, banyak persoalan
filsafati sekarang sangat memerlukan landasan pengetahuan ilmiah supaya
argumentasinya tidak salah. Lebih jauh, Jujun S. Suriasumantri (1982:22),
–dengan meminjam pemikiran Will Durant– menjelaskan hubungan antara ilmu dengan
filsafat dengan mengibaratkan filsafat sebagai pasukan marinir yang berhasil
merebut pantai untuk pendaratan pasukan infanteri. Pasukan infanteri ini adalah
sebagai pengetahuan yang diantaranya adalah ilmu. Filsafatlah yang memenangkan
tempat berpijak bagi kegiatan keilmuan. Setelah itu, ilmulah yang membelah
gunung dan merambah hutan, menyempurnakan kemenangan ini menjadi pengetahuan
yang dapat diandalkan.
Hubungan antara filsafat dengan
ilmu, yaitu:
a. Banyak
ahli filsafat yang termasyhur,telah memberian sumbangannya dalam pengembangan
ilmu pengetahuan, misalnya leibenis menemukan “diferensial kalakulus”, white
head, dan bertrand russel dengan teori matematikanya yang terkenal.
b. Filsafat
dan ilmu pengetahuan keduanya menggunakan metode-metode reflectife thinking di
dalam menghadapi fakta-fakta dunia dalam hidup ini.
c. Filsafat
dan ilmu keduanya menunjukkan sikap kritis dan terbuka, dan memberikan perhatian
yang tidak berat sebelah terhadap kebenaran.
d. Keduanya
tertarik terhadap pengetahuan yang terorganisir dan tersusun secara sistimatis.
e. Ilmu
memberi filsafat sejumlah bahan-bahan yang deskriptif dan faktual serta
esesnsial bagi pemikiran filsafat.
f. Ilmu
mengoreksi filsafat dengn jalan menghilangkan sejumlah ide-ide yang
bertentangan dengan pengetahuan yang alamiah.
g. Filsafat
menerangkan pengetahuan yang berpotong-potong, yang menjadikan bernacam-macam
ilmu dan berbeda-beda, dan menyusun bahan-bahan tersebut ke dalam suatu
pandangan tentang hidup dan dunia yang lebih menyeluruh dan terpadu
BAB III
PENUTUP
1.
KESIMPULAN
Ilmu merupakan kumpulan pengetahuan yang disusun secara
sistematis, dengan menggunakan metode-metode tertentu.
Pengetahuan
(knowledge) merupakan hasil dari tahu, yang terjadi setelah orang melakukan
pengindraan terhadap objek tertentu. Sebagian besar pengetahuan diperoleh
melalui mata dan telinga. Pengetahuan merupakan pedoman dalam membentuk
tindakan seseorang”
2.
SARAN
Setelah kita mengetahui beberapa pengertian diatas,
setidaknya kita harus berfikir bagaimana cara agar kita bisa menerapkan dan
mengamalkannya di dalam kehidupan sehari-hari dengan benar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar